
Ditulis oleh: Ifrod Maksum Ditulis pada: 12/07/2015
Mungkin pertanyaan inilah yang selalu menghantui seorang wanita, sehingga untuk menghilangkan kekhawatirannya ia menggunakan segala macam alternatif. Kita bisa maklumi, karena hal itu merupakan salah satu karakter dan tabiat yang sulit di pisahkan dari kehidupan seorang wanita.
Allah berfirman, “Hai anak adam, sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan perhiasan bagimu. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Demikian itu adalah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, agar supaya mereka selalu ingat” (Al-A’rof: 26). Ibnu Katsir mengatakan, bahwa Allah memberikan pakaian kepada hambaNya untuk menutupi aurat, dan memberikan perhiasan yang berfungsi untuk mempercantik. Yang pertama termasuk kebutuhan primer, sedangkan yang kedua sebagai penyempurna. (Tafsir Ibnu Katsir , juz II hal 407)
Ayat di atas mengindikasikan bahwa tidak ada larangan dan celaan bagi wanita yang suka berhias, bahkan hal itu dianjurkan. Seperti yang terdapat dalam surat Al-A’rof : 32. “Katakanlah, siapakah yang telah mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hambanya”. Tetapi hal itu tidak boleh dilakukan secara berlebihan atau tidak sama sekali. Idealnya adalah dengan cara yang wajar dan proporsional. Sebab, berlebih-lebihan dalam kosmetika dan mengenyampingkan syariat, adalah perbuatan tercela. Demikian pula jika tidak berhias sama sekali, juga merupakan tindakan yang keliru. (showi ‘ala Tafsir Jalalain juz II hal. 85).
Pada dasarnya seorang wanita yang berhias dan mempercantik diri tidak lepas dari tiga faktor. Yaitu berhias untuk suami dan keluarga, untuk sesama wanita, dan untuk orang lain. Dengan alasan inilah, wajar jika wanita berusaha untuk tampil lebih cantik agar orang-orang merasa tertarik, mengagumi dan memujinya.
Terlepas dari semua itu, kebanyakan wanita saat ini lebih cenderung memilih produk sarana dan kosmetik bermerek dan terkenal. Mereka beranggapan, di samping praktis juga hasil dari pengaruhnya sangat memuaskan, sekalipun sifatnya sementara. Jika kita perhatikan, semua kosmetik kecantikan itu terdiri dari bahan-bahan kimia yang punya pengaruh negatif terhadap pemakainya, baik yang dapat merusak pada kulit atau munculnya keganjilan jenis kulit terhadap bahan-bahan tersebut, terlebih bagi orang-orang yang memiliki kulit yang sensitif.
Menurut penelitian, dari sekian banyak wanita Prancis yang mengalami gangguan penyakit kulit, sekitar 20 % di antaranya, disebabkan kosmetik berupa Talk, krim, dan bedak. Dokter Wahbah Ahmad Hasan, tokoh ahli penyakit kulit mengatakan, bahwa alat-alat kecantikan itu mempunyai pengaru yang membahayakan, karena terbuat dari komposisi tambang berat seperti timah dan air raksa yang mencair pada komposisi minyak seperti minyak pohon kakau.
Selain itu, sebagian bahan-bahan pewarnanya dicampuri dengan endapan-endapan petrolium atau minyak gas. Semua itu merupakan oksidan yang membahayakan kulit, karena pori-pori kulit yang menyerap bahan-bahan tersebut dapat menimbulkan ancaman dan sensitifitas pada kulit. Beberapa kajian medis pun juga menyebutkan bahwa kosmetik yang diusapkan pada wajah bisa menyebabkan tersumbatnya pori-pori dan menimbulkan ancaman- ancaman yang membahayakan.
Yang lebih menarik perhatian, di sebuah berita harian Burida yang terbit di Yugosalavia, tertulis bahwa janin manusia itu sering digunakan untuk obyek eksperimen ilmiah dan juga untuk bahan campuran bedak kecantikan. Dan ini dijustifikasi oleh pernyataan lembaga penelitian ilmiah yang disewa oleh perusahaan pembuat bedak-bedak kecantikan di negara Eropa Barat dan Amerika, bahwa janin manusia memiliki manfaat yang sangat besar untuk pembuatan bedak kecantikan, (Majalah Aqro’ edisi 762).
Kiranya tidak berlebihan jika Dokter Wafa’ Ramadlan (Mesir), kepala bagian penyakit kulit mengatakan, bahwa sebagian produk bedak ada yang menimbulkan radang kulit, dan krim yang biasa dikonsumsi juga ada yang menyebabkan bertambahnya jerawat, karena ia dibuat dari bahan baku yang menjijikkan (Bahaya Kosmetik, hal. 17)
Memang, wajah merupakan cermin yang memantulkan keadaan ruhiyah seseorang yang sesungguhnya. Selain kondisi ruhiyah, kadangkala pola makan seseorang juga berpengaruh pada wajah. Karena rahasia kecantikan dan vitalitas kulit juga terletak di dasar gel-gel tubuh bagian dalam dan juga tersimpan pada kulit yang merupakan kumpulan protein. (Hikmah Ilmu Ketabiban : 181)
Jadi, kecantikan hakiki tidak mungkin diperoleh dengan hanya mengandalkan produk industri kosmetika, tetapi hal itu bisa terwujud dengan menata dan memperbaiki ruhiyah serta mengimbanginya dengan menkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi. Wallahu A’lam...!
Referensi : Majalah Ummi 2003